Tepat pada tanggal 7 November tahun 2008, 13 hari sebelum hari Pahlawan nasional, Mohammad Natsir menerima gelar pahlawan Nasional. Suatu gelar yang sebenarnya sangat tidak cukup untuk membalas jasa-jasanya dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Yang jadi pertanyaan bagi kita semua adalah, kenapa baru sekarang seorang Mohammad Natsir yang menjadi perekat kesatuan bangsa lewat mosi intergralnya baru menerima gelar pahlawan saat ini? Tentunya, menurut penulis banyak faktor politis yang menyebabkan kenapa hingga saat gelar pahlawan nasional belum tersematkan di pundak beliau, mengingat jasa- jasa beliau yang begitu banyak dalam menjaga kesatuan dalam bernegara. Salah satu alasan yang menyebabkan kenapa hingga saat ini Natsir tak kunjung memperoleh gelar pahlawan adalah mengenai keterlibatan beliau di dalam PRRI (pemerintahan revolusioner republik Indonesia) yang di anggap sebagai gerakan separatis. Padahal kalau kita mau telisik lebih jauh, sebenarnya PRRI itu lahir dari suatu bentuk kekecewaan Natsir dan kawan- kawan terhadap dominasi Soekarno tua dalam pemerintaan yang makin tak terkendali.
Kekacauan politik yang terjadi setelah Pemilu tahun 1955, pertentangan antra pro dan anti komunis, pergolakan daerah yang menuntut otonomi yang lebih luas dan kemudian pengunduran diri Bung Hatta sebagai wakil presiden, telah mendorong soekarno tua untuk membubarkan konstituante dan menerapkan demokrasi terpimpin dengan kekuasan penuh ditangan presiden. Suatu hal yang sangat di tentang oleh Natsir dan kawan- kawannya. Ketegangan politik makin memuncak ketika terjadi peristiwa Cikini pada tanggal 30 november 1957 yang merupakan suatu peristiwa upaya pembunuhan presiden soekarno. Pada saat itu Natsir, Syafrudin prawiranegara, dan Burhanudin harahap dituduh mendalangi peristiwa itu. hal ini menyebabkan ketiga tokoh Masyumi tersebut menyingkir ke sumatera dan terlibat dalam gerakan PRRI. Kemudian tepat pada tanggal 17 Agustus 1960, soekarno membubarkan Masyumi.
Keterlibatan Natsir dalam PRRI menyebabkan beliau harus mendekam di dalam penjara dan mengalami masa- masa pengasingan. Natsir di tangkap dan di asingkan ke batu, Malang,dan pernah menjadi tahanan politik di rumah tahanan Militer (RTM) Keagungan Jakarta (1962-1966). Barulah pada tanggal satu Juli tahun 1966, setelah kejatuhan soekarno dan berdirinya orde baru, Natsir di bebaskan tanpa proses peradilan.

Natsir Dan Sepak Terjangnya
M. Amien rais dalam salah satu artikelnya di majalah Tempo mengatakan bahwa Natsir merupakan salah satu tokoh yang ia sebagai pemikir dan juga negarawan .Tidak salah apa bila Natsir di katakan sebagai sosok pemikir-negarawan. Sebagai pemikir, Natsir telah melahirkan suatu konsep intergasi yang kita kenal dengan sebutan Mosi Integral Natsir. Mosi ini lah yang menjadi perekat kembali persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang pada awalnya bangsa kita berbentuk federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) kemudian karena Mosi Integral Natsir itulah Indonesia kembali kepada bentuk Negara kesatuan Republik Indonesia.
Pada masa mudanya Natsir telah aktif dalam dunia pergerakan. Pada usia 18 tahun ia sudah aktif dalam gerakan kepanduan organisasi pemuda Islam Jong Islamiten Bond (JIB). Didalam Organisasi kepemudaan ini lah natsir banyak bertemu dan belajar dengan tokoh-tokoh seperti haji Agus salim dan ahmad Hasan.
Sejak muda M. Natsir telah berkecimpung dalam dunia tulis menulis. Dalam tulisan-tulisannya yang banyak di muat dalam majalah pembela Islam, Natsir banyak mengkritisi pemikiran- pemikiran yang melecehkan dan merendahkan Islam. Tulisan- tulisan macam itu banyak di buat oleh para politisi atau tokoh yang berasal dari PNI yang berfikir sekuler. Natsir juga sering mengkritisi pemikiran dan tulisan Soekarno yang pada saat itu merupakan tokoh PNI. Dalam Kumpulan tulisan Natsir yang di himpun dalam Capita selecta jilid I, disitu di muat bantahan- bantahan Natsir terhadap Soekarno yang menyanjung-nyanjung model sekularisme yang terjadi di Turki. Sementara natsir sangat menentang model sekularisasi yang terjadi di Turki yang di lakukan oleh Mustafa Kemal attaturk dan menyayangkan hancurnya kerajaan Turki Ustmani sambil menunjukkan dampak negatifnya. Namun walau pun Natsir sangat berseberangan dalam pemikiran, Ia sangat mendukung upaya soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan. Bahkan Natsir dalam salah satu artikelnya menentang habis-habisan sikap Belanda yang mengasingkan soekarno ke wilayah Ende .
Karir politik Natsir di awali dengan menjadi aktivis dalam Masyumi. Karir politik tertinggi nya di Masyumi adalah menjadi Ketua Umum Masyumi. Masyumi merupakan partai yang cukup eksis pada masa pergerakan mempertahankan kemerdekaan saat itu. Ini di buktikan ketika partai ini menempati urutan tiga besar dalam pemiliu tahun 1955. Natsir merupakan sosok yang ada di balik kebesaran Masyumi, maka pada saat itu, Natsir di pilih sebagai Ketua Umum Masyumi menggantikan dr. soekiman Wirjosandjoyo.
Keterlibatan Natsir secara intens dalam politik dan kenegaraan di mulai ketika ia di ajak oleh Kahar Muzakar untuk menjadi Anggota KNIP yang berfungsi sebagai DPR/MPR pada saat itu. Ketika Sutan Syahrir ditunjuk sebagai perdana menteri oleh presiden soekarno, Natsir di angkat sebagai menteri penerangan. Dalam pemerintahan, total Natsir menjabat sebagai menteri penerangan sebanyak tiga kali dalam tiga kabinet Syahrir berturut-turut pada 3 Januari 1946 sampai 27 Juni 1947. Jabatan yang sama ia emban dalam kabinet Mohammad Hatta pada 29 Januari 1948, dan puncak karir tertinggi Natsir dalam pemerintahan adalah ketika Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Pasca pembubaran RIS menjadi Negara kesatuan Indonesia.
Di pilihnya Natsir sebagai Perdana menteri pada saat itu di karenakan peran Natsir dalam mengembalikan Indonesia dari Republik Indonesia Serikat kepada Negara kesatuan Republik Indonesia melaluai konsep integrasi nya yang cukup terkenal yaitu Mosi Integral Natsir. Adanya Mosi Integral ini sangat berarti bagi bangsa Indonesia, karena berkat Mosi inilah Indonesia dapat kembali ke bentuk asal nya yaitu Negara kesatuan. Tentunya, pada saat itu begitu sulit untuk melobi dan menyatukan suara agar semua daerah yang telah menjadi Negara bagian masing-masing untuk bergabung kembali menjadi Negara kesatuan Republik Indonesia. Namun karena kepiawaian natsir dalam berdiplolmasi dan me lobi para perwakilalan dari tiap Fraksi di Parlemen pada saat itu dengan cara- cara yang bermartabat dan manusiawi tanpa adanya sentimen dan pihak yang merasa di sepelekan dan di rendahkan. Natsir mampu menyatukan kembali NKRI dan membubarkan Republik Indonesia serikat (RIS) hasil perjanjian konferensi meja bundar. Berkat jerih payahnya lah akhirnya 17.000 pulau yang tadinya terpecah- pecah menjadi 17 negara bagian kemuadia bersatu kembali.
Maka tak heran dan penulis sangan sepakat dengan Dr. Moh. Noer, seorang cendikiawan politik yang juga merupakan dosen penulis di Universitas Nasional mengatakan bahwa indonesia mempunya dua buah proklamasi. Pertama proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 dan yang kedua proklamasi berdirinya Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) tanggal 17 agustus 1950 . Kedua proklamasi itu sama- sama di proklamator oleh Soekarno dan M.Hatta. bedanya pada proklamasi pertama sukarno dan Hatta menyatakan dirinya atas nama bangsa Indonesia, sedangkan pada proklamasi yang kedua Sukarno adalah presiden republik Indonesia serikat dan Hatta adalah perdana menteri republik Indonesia serikat. Akan tetapi menurut Noer, perbedaan itu bukanlah sesuatu yang penting yaitu perbedaan makna dan sejarah dari kedua proklamasi itu sendiri.
Setelah terbentuknya NKRI, Natsir di berikan mandat oleh presiden Soekarno menjadi perdana menteri pertama NKRI. Dia memilih Sri sultan Hamengku Buwono IX sebagai wakil perdana menteri. Saat membentuk kabinet, Ia menemukan banyak kesulitan karena partai Nasionalis Indonesia dan partai komunis Indonesia tidak mendukung kabinet Natsir. Kabinet Natsir hanya berumur tujuh bulan. Terpilihnya Natsir menjadi perdana menteri justru menjadi awal keretakan hubungan Sukarno dengan Natsir.

Rujukan Utama
M. Natsir. Capita Selecta I. Yayasan Bulan bintang dan Media Dakwah. Jakarta. 2008.
Dr. Anwar harjono, Dkk. Pemikiran dan Perjuangan mohammad Natsir. Pustaka Firdaus. Jakarta. 2001.
Laode Kamaludin, Dkk. 100 Tahun Mohammad Natsir; berdamai dengan sejarah. Republika. Jakarta. 2008.
Eko Prasetyo. Waktunya gerakan Muda memimpin. Resist Book. Yogyakarta. 2008.

Suharto dan militer, tentunya kedua kata ini tidak bisa di pisahkan antara keduanya, naiknya Suharto sebagai presiden RI kedua menyingkirkan Sukarno tidak luput dari peran tentara yang kecewa dengan pemerintahan sukarno. Dalam hal ini, Salim said mengatakan ada tiga hijau yang menjadi alat Suharto untuk mnyingkirkan sukarno dari tampuk kekuasaann yaitu, mahasiswa (yang masih hijau dalam politik), tentara (yang berseragam hijau), dan golongan islam (yang berbendera hijau). Salim said mengatakan bahwa fakta yang ada memang menunjukkan kecenderungan demikian, namun ia mempertanyakan akan berapa lamakah aliansi hijau ini akan bertahan?
Mengenai masalah suksesi pemerintahan Suharto dan bagaimana peran militer didalamnya.penulis beranggapan, berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Salim said, bahwa diawali terjadinya konflik dalam kalangan militer yang kecewa terhadap kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh Suharto. Dukungan ABRI yang sangat menonjol terhadap GOLKAR dalam pemilu 1977 di pertanyakan oleh kalangan perwira Seskoad (sekolah staf komando angkatan darat) di bandung lewat sebuah makalah –dikenal dengan sebutan seskoad paper- yang mencerminkan para pendapat perwira seskoad, mereka mendesak agar ABRI menahan diri dari keberpihakan pada pemilihan umum dimasa depan. Para perwira tersebut juga menyarankan agar ABRI sebagai kekuatan penuh tidak berpihak kepada kelompok manapun dalam masyarakat. ABRI semestinya tetap berdiri di atas semua golongan.
Pernyataan para perwira seskoad ini mendapatkan dari para purnawirawan yang tergabung dalam Fosko (forum study dan komunikasi). Fosko sependapat dengan apa yang di tulis oleh para perwira seskoad., yang pada intinya menyerukan agar nilai-nilai moral angkatan bersenjata Indonesia berada diatas semua golongan harus selalu di jaga. Mendengar pernyataan demikian Suharto jelas tidak sependapat. Dalam rapat pimpinan ABRI di Pekan Baru, Suharto menyatakan dengan tegas ABRI akan mendukung Golkar dan tidak berdiri diatas semua kelompok sosial politik jenderal Widodo dan jenderal M.Yusuf yang merupakan penggerak Fosko dipecat dari jabatannya sebagai panglima ABRI.

Soeharto dan LB. Moerdani

Dalam analisanya, Dr.Salim Said begitu menonjolkan peran Moerdani sebagai tangan kanan Suharto yang bertugas mempertahankan tampuk kekuasaan Suharto. Kemesraan Suharto dan moerdani ditunjukkan dengan diangkatnya ia sebagai panglima Kopkamtib, yang mempunyai hubungan telepon langsung dengan Suharto. Selain itu penghargaan terbesar yang diberikan oleh Suharto kepada Moerdani adalah diangkatnya ia sebagai panglima angkatan bersenjata menggantikan jend. M.Jusuf. pengangkatan moerdani sebagai panglima ABRI merupakan sesuatu yang di luar perkiraan banyak orang.
Dengan di angkatnya Moerdani sebagai panglima ABRI dan Kopkamtib, di samping sebagai kepala BAIS (badan intelejen strategis), Suharto bisa pula mengontrol dengan ketat semua prilaku politik. Kepercayaan yang di berikan Suharto kepada Moerdani begitu besar. Moerdani benar- benar menguasai pada saat itu.Ia mengakumulasi kekuasaan ditangannya yang belum pernah ada sebelumnya. Ia memimpin Pusintelstrat (pusat inteljen strategis) dan menjadi panglima angkatan bersenjata yang beranggotakan 400.000 ribu personel, ia juga memegang jabatan sebagai panglima Kopkamtib (komando operasi pemulihan keamanan dan ketertiban) dan kepala intelejen.
Dengan kekuasaan yang penuh dan kepercayaan yang besar yang diberikan oleh Suharto kepada Moerdani, justru kemudian berbuntut pada timbulnya konflik antara Suharto dan moerdani.
Puncak dari keretakan hubungan antara Suharto dan moerdani terjadi pada tanggal 10 februari 1988, beberapa minggu sebelum masa jabatan moerdani berakhir sebagai panglima ABRI berakhir. Pada hari itu Suharto memutuskan untuk mnyingkirkan tokoh intelejen itu dari kepemimpinan militer dan menggantikannya dengan jenderal Try Soetrisno.
Profil politik moerdani sejak 1998 sangat tidak menonjol dan ia jarang sekali kelihatan didepan umum sejak tahun 1993. namun, ia tetap dianggap penting dalam politik militer. Masalah moerdani yang sesungguhnya dengan Suharto bukanlah keprihatinannya tentang anak-anak Suharto, tetapi karena dimata sang presiden ia telah menghimpun kekuasaan terlalu banyak dalam tubuh ABRI.
Ada dimensi lain dalam masalah ini yang sebaiknya tidak diabaikan. Yaitu latar belakang katholik moerdani, hubungannya, dan dampak yang timbul atas kontrolnya terhadap masyarakat intelejen dan kepemimpinannya dalam angkatan bersenjata. Sejumlah tokoh muslim dalam tubuh angkatan bersenjata dan dalam birokrat sipil yakin bahwa moerdani sedang membangun kelompok non muslim yang berpengaruh dalam tubuh angkatan bersenjata disamping dalam tubuh birokrat sipil.

Kedekatan soeharto dengan Islam

Di akhir-akhir masa jabatannya, ada fenomena menarik mengenai soeharto, yaitu kedekatan Suharto dengan islam.
Feisal Tanjung dan R.hartono merupakan jenderal yang berasa dari keluarga muslim yang taat. Diangkatnya kedua jenderal ini merupakan suatu hal yang menarik. Sebab, ABRI di bawah Suharto, senantiasa di pimpin oleh para perwira Jawa dengan latar belakang abangan atau para perwira dari kelompok minoritas.
Fenomena baru adanya pemimpin militer dari kalanagan islam yang taatdan pembentukan ICMI, serta keterlibatan Suharto dalam urusan ini, telah menimbulkna kehebohan di kalangan masyarakat.kemudia tersebar isu adanya usaha “penghijauan” dalam tubuh Golkar dan ABRI. Di akhir tahun 1990an, merebak isu adanya “golongan merah putih”. Golongan ini di anggap sebagai lawan dari “golongan hijau”.
Kedekatan soharto dengan Islam, banyak kalangan yang menilai ia mulai menjauh dari ABRI, namun pendapat yang oleh Jamie Mackie, Andrew Macintyre, R.William Liddle dan Ulf sundhausen tentang hubungan Suharto dengan militer lebih meyakinkan di banding pendapat yang menyatakan Suharto sedang memperlemah dan menjauh dari ABRI, dan memanipulasi kelompok islam untuk menghadapi ABRI. Menurutnya, kepemimpinan Suharto sebagian besar berasal dari penguasaanya atas ABRI, misalnya menurut Mackie dan Macintyre:
Sebagai mantan jenderal dan pimpinan angkatan darat, presiden Suharto senantiasa mengidentifikasikan dirinya sangat dekat dengan ABRI. Ia menggantungkan dirinya pada ABRI, walaupun ia juga membuat para pemimpin ABRI tergantung padanya untuk mendapatkan jabatan.

Pada saat jenderal faisal tanjung mendekati akhir masa jabatannya sebagai panglima ABRI pada bulan Maret 1998, nama jenderal Wiranto, mantan ajudan presiden, disebut-sebut sebagai orang yang akan menggantikan Faisal Tandjung.
Wiranto memang pada akhirnya menggantikan tandjung pada tanggal 16 Maret.selain sebagai panglima ABRI, Wiranto juga mendapat tugas tambahan sebagai menteri pertahanan. Namun pengankatan Wiranto ini menimbulkan berbagai macam spekulasi. Desas-desus yang beredar di Jakarta bahwa semakin banyak yang tidak menyukai Wiranto di kalangan panglima lapangan.
Pertanyaan yang paling menggangu dikalangan para pengamat politik, bahkan juga masyarakat ramai , ialah soal suksesi, yang sudah hamper satu dasawarsamenjadi bahan gunjingan politik, meski secara bisik-bisik. Siapakah pengganti Suharto bila ia meletakkan jabatan? Pada waktu itu, sebagian besar pengamat politik sependapat bahwa satu-satunya kekuatan yang bisa mengambil alih kekuasaan adalah militer.
Tapi sejarah berkata lain. Setekah melewati huru-hara besar yang melanda Jakarta dan beberapa kota lainnya, pada tanggal 21 Mei 1998suhart terpaksa menyerahkan jabatan kepresidenanya kepada B.J.Habibie, wakil presiden yang pengangkatannya dahulu tidak seluruhnya dengan persetujuan militer.

FASISME

.
Apakah fasisme itu? Istilah ini berasal dari Italia. Apakah semua bentuk kediktatoran kontra-revolusioner itu bisa disebut fasis? (Katakanlah sebelum kedatangan fasisme di Italia).
Kata fasisme hampir tidak dikenal sampai tahun 1920, ketiaka benito musolini mengadopsi kata itu sebagai nama gerakan revolusioner barunya. Fasisme berasla dari bahasa latin fasces yang berarti ikatan. Pada masa romawi kuno, petugas hukum menggunakan tanda berupa seikat sabuk dan kapaksebagai symbol kemenangan dan keadilan.di tahun 1920 musolini mengadopsi simbo ini danmemberinama fasci, untuk kelompok senjata yang diharapkan bisa membawanya kepada kekuasaan. Mussolini ditiru oleh seorang jerman bernama Adolf Hitler. Pengikut-pengikut Hitler yang revolusioner adalh para anggota partai buruh sosialis nasional. Dari nama partai ini istilah nazi muncul.nazi jerman dan fasis italic cukup mempunyai kesamaan antar keduanya, hingga kata fasis patut di lekatkan pada kedua organisasi tersebut.
Fasisme dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada abad ke-20. Ia menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di negara-negara seperti Yunani, Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang penuh kekerasan. Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya dapat gemetar ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu—di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi hukum—mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut. Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan kemasyarakatan, dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan pribadi rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan salah satu malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55 juta orang.
Namun, ideologi fasisme tidak hanya ada dalam buku-buku sejarah. Meski saat ini tidak ada satu negara pun yang menyebut diri sebagai fasis atau secara terbuka mempraktikkan fasisme, di berbagai negara di dunia terdapat banyak pemerintahan, kelompok dan partai politik yang mengikuti pola-pola fasistik. Walaupun nama dan taktiknya telah berubah, mereka masih terus menimpakan kesengsaraan serupa pada rakyat. Berkemungkinan pula, kemerosotan kondisi sosial dapat membuat dukungan terhadap fasisme makin berkembang. Karenanya, fasisme terus-menerus menjadi ancaman bagi kemanusiaan.
Kerumunan orangjerman yang menyambut Hitler dalam rally nazi, berteriak penuh semangat , Ein reich, ein volk, ein fuehrer! Satu Negara, satu bangsa, satu pemimpin. Slogan ini dapat menyimpulkan apa sebenarnya fasisme.
Ein Reich- Negara totaliter
Menurut fasis negra harus totaliter. Ini berarti Negara harus mempunyai kekuasaan total atas seluruh aspek kehidupan rakyatnya. Dinegara totaliter, rakyat ada untuk kepentingan Negara.hanya ada satu partai politik dimana setiapa orang memberi suaranya, dan partai ini adalah pemerintah. Pemerintah mengontrol semuanya: pendidikan dan media massa, industri dan perdagangan, rekreasi dan agama, bahkan kehidupan berkeluarga. Rakyat Negara-negara totaliter tak dapat mengatakan apa yang mereka inginkan, pergi kemana yang mereka inginkan, dan mendidik anak-anak mereka seperti yang mereka inginkan.
Bagi kaum fasis, demokrasi hanyalah sedikit lebih baik dari pada chaos, mereka percaya Negara yang mengijinkan rakyatnya memberikan suara seperti yng mereka inginkan kepada banyak partai, akan mendorong keegoisan pribadi dan anarki.
Ein Volk- Rasialisme dan Nasionalisme
Kita dapat membuat daftar ciri-ciri khas utama fasisme seperti konsep-konsep otoriter atau hukum negara yang diktatoris, dan kebijakan luar negeri yang agresif. Namun di samping semua ini, karakteristik yang benar-benar dominan adalah rasisme. Jika kita menelaah ideologi Nazi khususnya, kita dapat melihat bahwa rasisme lah yang membuat fasisme seperti adanya. Kaum Nazi bangkit dengan mimpi membangun hegemoni ras Aria, yang mereka yakini sebagai ras unggul, di seluruh dunia, sebuah gagasan yang menjadi dasar semua kebijakan dan ukuran sosial mereka. Dalam ucapan Wilhelm Reich, "Teori ras adalah poros teoritis fasisme Jerman.
Rasisme juga merupakan ideologi fundamental pada rezim-rezim fasis lainnya, seperti rezim Mussolini dan Franco, walau tidak sejauh pada Nazi. Mussolini menyebutkan bahwa kaum Romawi yang memerintah Kekaisaran Roma adalah sebuah "ras unggul", dan bahwa orang-orang Italia, sebagai keturunan mereka, juga memiliki sifat unggul ini. Penaklukan Ethiopia didasarkan pada ide ras unggul ini, dan bahwa orang-orang Ethiopia yang berkulit hitam ini harus tunduk kepada orang Italia, sesuai dengan apa yang dianggap sebagai hirarki rasial alamiah. Franco mengemukakan klaim serupa untuk Spanyol.
Fasisme Jepang, yang berkembang sebelum Perang Dunia II dan merupakan bagian dari aliansi Hitler-Mussolini, juga mengidap suatu kompleks kejiwaan "ras unggul". Dalam New York Times tanggal 14 Agustus 1942, Otto D. Tolischus menulis tentang sebuah buku kecil terbitan Tokyo dari Profesor Chikao Fujisawa, salah seorang tokoh pemikiran politik dan filsafat Jepang,;
Menurut buku kecil ini, yang dicetak untuk penyebaran seluas-luasnya, Jepang sebagai tanah air asli ras manusia dan peradaban dunia, sedang berjuang dalam perang suci untuk mempersatukan kembali seluruh umat manusia yang sedang berperang ke dalam satu rumah tangga universal di mana setiap bangsa akan mengambil tempatnya yang selayaknya di bawah kedaulatan agung Kekaisaran Jepang, yang merupakan keturunan langsung dari Dewi Matahari dalam "pusat kehidupan kosmik absolut", dari mana asal mula bangsa-bangsa itu sebelum tersesat, dan ke mana mereka harus kembali.
Yang menarik, aliansi negara-negara fasis dibangun di antara kelompok-kelompok yang masing-masingnya memandang diri mereka sebagai "ras superior". Sebagai contoh, kaum Nazi tidak keberatan dengan klaim ras unggul Jepang, bahkan malah membesarkan hati mereka dengan menggambarkan Jepang sebagai "bangsa Aria kehormatan".
Namun, apakah akar rasisme yang menjadi dasar bagi semua rezim dan gerakan fasisme?
Ein Fuehrer- prinsip kepemimpinan
Jika fasisme adalah agama maka pemimpinya adalah adalh tuhannya-atau paling tidak God given (keturunan tuhan), kalau kita mau menggunakan unggkapan fasis yang umum. Pada tahun 1920-1945, pemeimpin kaum fasis adalah para dictator.dua dari merekamemiliki kekuasaan total, Mussolini dahn Hitler, menggunakan alat-alat demokratik pemilihan umumdan tawar menawarpolitik untuk mencapai itu. Namun setelah merekamengambil alih pemerintah, mereka menggenggam kekuasaan seluruhnya ditangan mereka. Kata-kata mereka adalah hukum. Kekuasaan mereka tidak diperiksa cabinet, parlemen dan pemilihan umum. Kaum fasis percaya bahwa Negara yang kuat memerlukan dictator sebagai kepala pemerintahannya. Kekeuasaan harus dikonsentrasikan kepada sedikit orang. Ini adalah prinsip kepemimpinan yang dibenarkan oleh filsuf Hegel dan Nietzche. Nietzche percay bahwa seorang pemimpin dengan jajaran anggota partainya mewakilielemen-elemen terbaik bangsa. Mereka bertahan hidup karena mereka adalah yang terkuat. Hegel beralih dari konsep binatang ke konsep mistis.ia percaya bahwa hero (pahlawan) ditakdirkan tuhan untuk mengemban kehendak dari semangt dunia. Hitler memnadang dirinya sebagai manusia yang terpilih takdir itu. Dalam otobiografinya mein kampf (perjuangan ku), ia menulis, “Dari berjuta-juta orang…satu orang harus melangkah maju.

Krisis Sosial: Lahan Subur bagi Fasisme
Terdapat banyak persamaan pada latar belakang sosial dan psikologis di mana negara fasisme terbentuk. Sebagian besar negara-negara tersebut kalah dan rusak parah dalam Perang Dunia I, hingga rakyatnya sangat lemah dan letih, banyak yang kehilangan suami, istri, anak-anak dan orang-orang yang mereka cintai dalam perang. Negara-negara tersebut juga tertimpa kesulitan ekonomi, politik, dan perasaan meluas bahwa bangsa mereka mengalami keruntuhan. Rakyat menderita secara material; partai-partai yang beragam itu tak mampu mengatasi masalah-masalah bangsa, di samping berkelahi di antara mereka sendiri.
Pada dasarnya, kemiskinan Italia akibat perang Dunia I adalah faktor terpenting dalam perkembangan kekuasaan fasisme. Lebih dari 600.000 orang Italia tewas akibat perang itu, dan hampir setengah juta orang menjadi cacat. Bagian terbesar dari populasi terdiri dari para janda yatim piatu. Negara itu tertekan oleh resesi ekonomi dan angka pengangguran yang tinggi. Walau bangsa Italia menderita kerugian besar dalam perang, mereka hanya mencapai sebagian kecil dari tujuan mereka. Seperti halnya negara-negara lain yang lelah akibat perang, bangsa Italia merindukan untuk memiliki kembali kehormatan dan keagungan mereka sebelumnya.
Sebenarnya, ini adalah sentimen yang telah membangun kekuatan sejak akhir abad ke-19. Italia modern bernostalgia dengan kebesaran Kekaisaran Romawi, dan merasa berhak atas wilayah Romawi dahulu. Lagi pula, Italia merasa bersaing dengan kekuatan-kekuatan utama di dunia dan berharap untuk mengangkat dirinya ke kedudukan mereka, atau, ke "posisi yang selayaknya". Karena pengaruh cita-cita ini, bangsa Italia berharap untuk menjadi sekuat Inggris Raya, Prancis dan Jerman.
Krisis sosial, politik, dan ekonomi juga berperan penting dalam pembentukan Nazisme di Jerman, yang telah kalah dalam Perang Dunia I. Pengangguran dan krisis keuangan menambah kekecewaan akibat kekalahan itu. Inflasi meningkat hingga tingkat yang jarang dapat disamai. Anak-anak kecil bermain dengan uang kertas bernilai jutaan mark, karena uang, yang merosot nilainya dalam hitungan jam, menjadi tak lebih dari selembar kertas nilainya. Bangsa Jerman ingin memulihkan harga diri mereka yang hilang dan kembali ke taraf hidup yang lebih baik. Dengan janji untuk memenuhi harapan-harapan seperti ini, Nazisme muncul dan memperoleh dukungan.
Spanyol pra-fasis juga menunjukkan kesamaan dengan negara-negara ini. Hilangnya koloni-koloni Spanyol di kedua sisi benua Amerika pada awal abad ke-19 telah membuat harga dirinya merosot tajam. Pada awal abad ke-20, Spanyol sudah setengah runtuh. Perekonomiannya jatuh, dan hak-hak istimewa yang didapat oleh kaum aristokrat membuka jalan bagi ketidakadilan. Bangsa Spanyol mengenang masa lalunya yang agung dan kuat dengan kerinduan mendalam.
Negara lain yang sangat dipengaruhi oleh fasisme adalah Jepang. Pada masa Jepang pra-fasis, lapisan masyarakat yang lebih tinggi sangat kuatir dengan perkembangan Marxisme di kalangan anak muda. Tetapi mereka tak mampu menentukan bagaimana menyingkirkan ideologi yang merusak itu. Selain itu, perubahan-perubahan sosial seperti itu sangat membingungkan bagi masyarakat yang begitu terikat dengan tradisinya. Ikatan kekeluargaan melonggar, angka perceraian meningkat, rasa hormat kepada kaum tua terkikis, adat dan tradisi ditinggalkan, kecenderungan individualis mulai muncul, kemerosotan di kalangan pemuda mencapai tingkat yang menyedihkan, dan angka bunuh diri mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Dalam kondisi-kondisi seperti ini, stabilitas masyarakat Jepang di masa depan dianggap dalam bahaya. Semua hal di atas membawa mereka kepada kenangan masa lalu. Kerinduan akan masa-masa kejayaan dahulu dan usaha-usaha untuk membangkitkannya, merupakan jebakan awal bagi rakyat yang membawa mereka terjerat sepenuhnya oleh rezim fasis.
Kita juga tak boleh mengabaikan ancaman komunisme, yang saat itu mengancam untuk mengambil alih seluruh dunia. Bisa jadi sejumlah bangsa menyerahkan diri pada rezim-rezim fasisme agar tidak menjadi korban ideologi yang brutal, kejam dan penindas itu, lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya, karena percaya bahwa fasisme "lebih baik di antara dua kejelekan".
Teknik-Teknik Pencucian Otak oleh Fasisme
Ada sebuah kekhasan yang sangat buruk pada fasisme dan Nazi Jerman: usaha untuk mencuci otak rakyatnya. Program ini dibangun dengan dua unsur dasar, yakni edukasi dan propaganda.
Dalam Mein Kampf, Hitler menulis, "Propaganda adalah sebuah alat, dan karenanya harus dinilai dengan melihat tujuannya… Propaganda dalam Perang ini merupakan suatu alat untuk mencapai sebuah tujuan, dan tujuan itu adalah perjuangan demi eksistensi rakyat Jerman; karenanya, propaganda hanya dapat dinilai sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku untuk perjuangan ini. Dalam hal ini, senjata-senjata yang paling kejam menjadi beradab bila mereka mampu membawa kemenangan yang lebih cepat… Semua propaganda haruslah bersifat umum dan tingkat intelektualnya harus disesuaikan dengan kecerdasan terendah di antara sasaran propaganda. Maka dari itu, semakin besar massa yang ingin diraih, harus semakin rendah tingkat intelektual.
Hitler memang sangat efektif dalam memanfaatkan propaganda. Sebagai contoh, sutradara terkenal Leni Riefenstahl diminta untuk membuat sebuah film propaganda Nazi, Olympia. Dalam Triumph of Will, film lain karya Riefenstahl, Hitler digambarkan hampir seperti dewa. Ideologi pagan Nazi diagung-agungkan dalam film-film ini, dan akhirnya memesona masyarakat. Olympia adalah salah satu pusat dalam budaya pagan Yunani kuno. Kota Olympia, dengan patung Zeus-nya yang terkenal, adalah simbol yang tepat bagi ideologi pagan Nazisme.
Semua rezim fasis, tidak hanya rezim Hitler, sangat efektif menggunakan propaganda untuk memaksakan keinginan mereka kepada publik. Mussolini menyatakannya secara terbuka:
Bagi saya, massa hanyalah sekawanan domba selama mereka tak terorganisasi… Unjuk salam, lagu-lagu dan slogan Romawi… semuanya sangat diperlukan untuk mengipasi api antusiasme yang menghidupkan sebuah gerakan.… Segalanya berpulang pada kemampuan seseorang untuk mengatur massa tersebut bagaikan seorang seniman.

Berhala-Berhala Fasisme: Pemimpin yang dikeramatkan
Bagian paling penting dalam fasisme adalah sang pemimpin, yang namanya ditonjolkan dalam setiap aspek kemasyarakatan. Rezim Hitler, Mussolini dan Franco adalah contoh nyata hal ini. Gelar-gelar yang digunakan para diktator ini, "Der Führer," "Il Duce", atau "El Caudillo", semuanya menyiratkan hal yang sama—"Pemimpin yang mengetahui segalanya". Dan, memang, ketiganya menjalankan pemerintahan masing-masing sepenuhnya berdasarkan keinginan-keinginan mereka sendiri, sementara kolega-kolega terdekat dan perwira-perwira paling senior mereka tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Fasisme melekatkan sebuah kekuatan yang nyaris keramat kepada sang pemimpin, agar ia dapat mempertahankan daya tariknya dan meningkatkan penerimaannya di hati rakyat. Sang pemimpin adalah penguasa seluruh negeri dan rakyatnya, yang digambarkan sebagai bagian dari dirinya. Seorang pemimpin Sosialis Nasionalis, Herr Spaniol, berpidato di Saarbruecken pada bulan Januari 1935:
Aku tidak percaya bahwa Gereja-gereja akan terus eksis dalam bentuknya yang sekarang. Di masa depan agama akan bernama Sosialisme Nasional. Nabinya, pausnya, Yesus-nya, akan bernama Adolf Hitler.
Dengan cara serupa, Mussolini dipandang di Italia sebagai seorang dengan kemampuan istimewa, suatu makhluk unggul, yang dipilih dan diciptakan demi tugas yang diembannya. Perkataan dan pernyataan Mussolini dinamakan "Dekalog Fasis", dan yang kedelapannya: "Duce selalu benar", menjadi slogan yang terdengar di seluruh Italia pada tahun 1920-an dan 1930-an. 39 Tahun 1935, keanggotaan organisasi pemuda fasis, Opera Nationale Balilla, diwajibkan kepada seluruh pemuda Italia. Para pemuda Italia yang menjadi anggota Balilla bersumpah untuk "… percaya kepada Romawi yang abadi… kepada kejeniusan Mussolini, kepada Fasisme Bapak Suci kita.
Cara lain yang digunakan untuk melukiskan pemimpin fasis sebagai keramat adalah dengan menempatkan gambar-gambar dan patung-patungnya di seluruh penjuru negeri. Hal ini memiliki efek psikologis yang mendalam terhadap rakyat, yang terus-menerus merasa diri mereka berada dalam kekuasaan dan pengawasannya, dan bahkan, bahwa dia selalu mengamati mereka.

Jawatan propaganda resmi milik Mussolini biasanya mengarahkan pers bagaimana foto Mussolini akan dicetak, kapan, dan foto yang mana, di halaman berapa, dalam susunan seperti apa, dan dalam ukuran berapa. Dalam foto-foto ini, "Il Duce" tampil di hadapan rakyatnya dengan pose-pose yang megah: sambil mengacungkan pedang, menekankan perkembangan ekonomi di wilayah panen, menyapa kaum fasis muda, sebagai seorang pekerja atau olahragawan yang tak kenan lelah.
Di setiap kesempatan, Mussolini ditampilkan sebagai pahlawan rakyat. Halaman-halaman koran dihiasi foto-fotonya sedang menerbangkan pesawat, berkuda melompati rintangan, berenang, bermain ski di pegunungan Alpen, bermain anggar, memakai kostum terjun payung, dan lain-lain.
Propaganda ini begitu efektifnya hingga teman-teman lamanya pun langsung berdiri menghormat setiap kali bertemu dengannya. Jadi, Mussolini dapat memuaskan egonya yang sangat besar, dengan tidak mempersilakan teman-teman lamanya untuk duduk, melainkan membiarkan mereka terus berdiri selama berjam-jam.
Metode-metode yang digunakan untuk menggambarkan pemimpin fasis sebagai manusia super, selama masa Hitler dan Mussolini berkuasa, juga digunakan oleh kaum fasis modern di masa kita. Diktator fasis di Irak, Saddam Hussein, adalah sebuah contoh. Selama bertahun-tahun, jalan-jalan di Irak dipenuhi oleh gambar-gambar Saddam yang berukuran besar. Dan, di dalamnya, dia diperlihatkan dalam beraneka peran yang berbeda sebagai pemimpin rakyatnya: sebagai petani di desa, pekerja di pabrik, sebagai tentara di barak militer. Dia membuat kehadirannya terasa di mana-mana, dalam upaya untuk memberi kesan sebagai "seseorang yang melihat dan mengetahui segala hal", dengan kata lain, seorang yang keramat.


Nilai-Nilai Sakral yang Keliru dalam Fasisme
Fasisme adalah sebuah kepercayaan keliru yang dibuat untuk menyingkirkan agama-agama ketuhanan dan menggantikannya dengan kepercayaan pagan. Dan, sudah jelas bahwa bila kepercayaan itu keliru, maka nilai-nilai yang disakralkannya pun pasti keliru. Misalnya, kaum Nazi selalu menggunakan slogan "Blut and Boden" (Darah dan Tanah), dan membuat simbol-simbol dari kedua konsep itu. Sebagai contoh, selama manuver Hitler yang gagal pada tahun 1923, salah satu bendera swastika yang basah oleh darah para pendukung Nazi yang terluka, dijadikan barang keramat. Bendera itu dijuluki "Blutfahne" (Bendera Darah) dan diawetkan sebagaimana aslinya, dan menjadi simbol paling sakral dalam semua upacara Nazi. Bendera-bendera baru disentuhkan pada Bendera Darah, sehingga bendera itu dapat menyebarkan sebagian sifat "keramat"-nya.
Perang dan kekerasan, dua unsur yang lebih fundamental dalam fasisme, adalah konsep-konsep pagan yang coba digambarkan oleh fasisme sebagai nilai-nilai sakral. Tujuan agama-agama ketuhanan adalah untuk menciptakan sebuah masyarakat dan dunia yang bebas dari kekerasan dan perang; sedangkan bagi fasisme, perang adalah kebajikan itu sendiri. Fasisme percaya bahwa rakyat mendapatkan kehormatan dan kekuatan dari berperang dan membunuh. Sudah tentu, keyakinan ini mengobarkan lebih banyak perang dan pertumpahan darah. Fasisme terus-menerus mempersiapkan kekejian dan banjir darah yang baru.


Kegandrungan Fasis terhadap Kekerasan
Dalam sebuah laporan berjudul "Orang Inggris di Afrika Kekurangan Dorongan Pembunuh" yang diterbitkan The New York Times pada 24 Juni 1942, James Aldridge menggambarkan pandangan Nazi tentang perang dan pembunuhan dalam kalimat-kalimat berikut:
Para komandan pasukan Jerman adalah ilmuwan-ilmuwan yang terus menerus bereksperimen dan meningkatkan formula pembunuhan yang matematis dan keras. Mereka dilatih bagaikan para ahli matematika, insinyur dan ahli kimia yang berhadapan dengan berbagai masalah rumit. Tidak ada nilai seni di dalamnya, tidak juga imajinasi. Bagi mereka, perang adalah ilmu alam semata. Tentara Jerman dilatih dengan psikologi pencari jejak berani mati. Ia adalah pembunuh profesional tanpa rasa ragu. Ia percaya bahwa ia adalah yang manusia terkuat di muka bumi.
Model "pembunuh profesional" yang digunakan oleh Nazi ini adalah ciri umum fasisme. Kaum fasis memandang penggunaan kekuatan dan kekerasan sebagai tujuan itu sendiri. Pengaruh Darwinisme memainkan peranan penting di sini. Takhyul Darwinis bahwa manusia hanyalah pengembangan dari hewan, dan bahwa hanya yang kuat yang mampu bertahan hidup, sangat bertentangan dengan nilai-nilai etika. Cinta dan kasih sayang digantikan oleh rasa agresi, membalas dendam dan merebut, perasaan yang diperlihatkan kepada manusia sebagai kebutuhan ilmiah.
Kaum fasis menganggap konflik sebagai hukum alam, dan percaya bahwa perdamaian, keamanan dan ketenangan merintangi kemajuan umat manusia. Kata-kata Mussolini saat membuka Sekolah Propaganda dan Budaya Fasis di Milan tahun 1921, merupakan sebuah indikasi tentang ini; ia menyebut aksi sebagai kekuatan yang akan membawa fasisme menuju kemenangan.
Berbagai aksi kekerasan, penghancuran, penyerangan, dan peperangan itulah yang menjaga semangat juang kaum fasis tetap tinggi. Semua ini benar-benar bertolak belakang dari perdamaian, persaudaraan, dan ketenangan.
Kebodohan kaum fasis juga memegang peran sangat penting dalam kecenderungan mereka akan kekerasan. Karena itulah Hitler membutuhkan tentara tempur, bukan para intelektual, dalam rezim rasisnya.
Berbagai aksi kekerasan Nazi dibawa ke tujuan itu melalui organisasi-organisasi yang dibentuk khusus. Yang paling pertama adalah SA (Sturmabteilung, atau Pasukan Badai) yang dibentuk tahun 1920, dan mencapai kualitas paramiliter pada tahun 1921. Banyak sekali penjahat jalanan yang tergabung dalam barisan SA. Kelompok ini juga dikenal sebagai pasukan "Kemeja Coklat", dan dipimpin oleh Ernst Röhm, yang terkenal dengan pembawaan psikopatiknya (dan kecenderungan homoseksualnya). SA melakukan tindakan terorisme yang tak terhitung jumlahnya selama tahun 1920-an untuk memperkuat Partai Nazi. Unit-unit SA melakukan berbagai serangan mendadak terhadap para penentang Nazi, menumpahkan darah dalam perkelahian jalanan, dan menyiksa para penentang yang mereka jadikan "tawanan perang". Hitler sangat membanggakan kekejaman SA. Dalam buku Mein Kampf, ia melukiskan sebuah penyerangan yang "sukses" terhadap penentang Nazi:
Ketika aku memasuki ruang depan Hofbräuhaus (aula bir) pada pukul delapan seperempat, tidak ada keraguan lagi atas tujuan yang ada. Ruangan itu begitu padat dan karenanya telah ditutup oleh polisi… Sekelompok kecil SA menantiku di ruang depan. Aku memerintahkan pintu-pintu menuju ruang besar ditutup dan menyuruh 45 atau 46 orang untuk berbaris… pasukan badaiku—begitulah mereka disebut sejak saat itu—menyerang. Bagaikan serigala, mereka menyerbu musuh dalam kelompok delapan atau sepuluh orang berkali-kali, dan sedikit demi sedikit mulai melempar mereka keluar dari ruangan. Setelah lima menit saja, aku hampir tak melihat satu orang pun yang tubuhnya tak tertutupi darah.
SA mulai kehilangan pamor saat Nazi berkuasa, dan SS (Schutzstaffel, atau Detasemen Pengawal) yang lebih profesional, dengan disiplin militernya, mulai naik daun. Kesatuan ini memakai seragam hitam. Para pemuda diseleksi berdasarkan "kriteria ras" untuk menjadi anggota SS. Mereka harus memiliki ciri-ciri ras Aria. Waffen-SS adalah sayap militer dari SS. Totenkopf, atau Kepala Maut, divisi dalam Waffen-SS sangat terkenal dengan kekejamannya, dan ditarik untuk mengelola kamp-kamp konsentrasi.
Kamp-kamp serupa juga dibangun oleh Mussolini, dan 18.000 dari 35.000 orang yang dijebloskan ke dalam "kamp-kamp pembasmian" ini mati dibunuh. Masih banyak lagi kematian dan pembunuhan lainnya, serta pembunuhan yang tak terbongkar selama periode fasis di Italia. Mussolini mengakui kekejaman fasisme ini dalam salah satu pidatonya: "Fasisme bukan lagi pembebasan, melainkan tirani, bukan lagi pengawal bangsa, melainkan bagi kepentingan-kepentingan pribadi.

Politik Pendudukan Fasisme
Ciri khas lain yang tanpanya Fasisme tidak akan mampu bertahan adalah politik ekspansi dengan cara menduduki negara lain. Dasar politik invasi ini adalah rasisme, dan konsep "perjuangan untuk bertahan hidup di antara ras-ras", sebuah warisan dari Darwinisme. Negara-negara fasis percaya bahwa untuk berkembang sebagai sebuah bangsa, mereka harus menguasai bangsa-bangsa lain yang lebih lemah, dan tumbuh dengan mengisap mereka.
Menurut cara berpikir fasis, manusia hanya bisa maju dengan melibatkan diri di dalam peperangan. Oleh karena itu, "militerisme" adalah karakteristik fasisme yang paling menentukan. Untuk mendorong semangat perang ini, partai-partai fasis berusaha untuk mengesankan rakyat dengan pakaian-pakaian seragam dan upacara-upacara yang megah. Dalam ucapan Mussolini, "Fasisme… tidak percaya pada kemungkinan ataupun kegunaan perdamaian abadi. Hanya perang yang membangkitkan seluruh energi manusia hingga ke tingkat tertinggi dan memberi martabat bagi orang yang punya keberanian untuk mencapainya.
Mussolini mengungkapkan penentangan terhadap perdamaian dalam pidatonya yang lain, "Aku tidak percaya pada perdamaian, dan aku memandang perdamaian menghilangkan semangat dan merupakan sebuah sangkalan terhadap seluruh kebaikan manusia.
Mussolini menimbulkan penderitaan yang sangat besar, baik pada rakyatnya sendiri maupun pada negara-negara yang dia duduki, atas nama ideologi. Dia menginvasi Ethiopia (Abesinia) tahun 1935, dan 15.000 muslim tak berdosa dibunuh demi mewujudkan mimpi "membangun kembali Kekaisaran Romawi". Ia sama sekali tidak merasa menyesal telah memerintahkan penembakan terhadap orang-orang sipil yang melawan pendudukan. Dia juga bertanggung jawab atas kekejaman yang mengerikan berupa penggunaan gas beracun terhadap rakyat sipil.
Catatan paling memilukan dari politik pendudukan fasisme, tentu saja, adalah Nazi Jerman. Nazi mengklaim bahwa bangsa Jerman, yakni "ras yang berkuasa", membutuhkan "ruang untuk hidup" di luar batas negara Jerman, dan atas alasan itu memicu Perang Dunia II. Hanya dalam waktu singkat, Angkatan Darat Jerman telah menduduki Polandia, Belgia, negara-negara Baltik, Prancis, semenanjung Balkan dan Afrika Utara, menyerbu Rusia hingga ke Moskow, dan dari sana menuju Laut Kaspia. Pembunuhan ini, yang pada akhirnya memuncak menjadi sebuah petaka bagi rakyat Jerman dan negara-negara pendudukan, menyebabkan tewasnya 55 juta jiwa, dan merupakan warisan fasisme paling berdarah di abad ke-20.

Dikutip dari buku: Fasisme, karya Hugo Purcell dan FASISME Apa Itu dan BagaimanA Melawannya, karya Leon Trotsky (1944)

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia yang merupakan Negara dengan penduduk terbanyak penduduknya ke empat di dunia adalah Negara yang begitu subur dan makmur akan kekayaan alam yang dimilikinya. Oleh karena itu tidaklah heran sebagai Negara yang kaya akan sumberdaya alamnya, Indonesia sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, oeleh sebab itu pantas kita disebut sebagai Negara agrarian. Namun memasuki memasuki ke abad dua puluh satu ini,banyak terjadi pergeseran atau peralihan mata pencaharian dari yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani beralih ke bidang sector industri. Dari yang biasa kita sebut-sebut sebagai Negara agrarian menjadi Negara yang mengarah kepada era industrialisasi. Pergeseran atau peralihan ini bukan lah terjadi tanpa sebab, ini semua juga karena kemajuan teknologi yang semakin menuju kepada hi-technology yang menyebabkan mau tidak mau Indonesia sebagai Negara yang besar harus mengikuti arus ini.di tambah lagi dengan kedepan akan di canangkannya free trade area (FTA), yang mana merupakan salah satu program globalisasi.
Sector ekonomi merupakan salah satu vital sign untuk memasuki era ini. Dalm sejarah perkembangan ekonomi di Indonesia, terjadi pasang surut di setiap kepemimpinan yang berbeda beda. Sepanjang Indonesia merdeka, sudah terjadi penggantian lima kali presiden. Dari era presiden Soekarno yang pada masa kepemimpinannya, Indonesia cenderung ke kiri atau mengarah ke sosialis, ini dibuktikan ketika masa-masa beliau memimpin, Indonesia cenderung lebih dekat ke Negara-negara berhaluan sosialis atau komunis seperti Cina dan Uni Soviet yang pada saat itu merupakan musuh besar dari Amerika. Lalu setelah soekarno lengser dari tampuk kekuasaannya dengan berbagai kontroversi siapa yang jadi penyebab lengsernya beliau . Naiklah jendral soeharto menjadi presiden republic Indonesia. Pada masa presiden Soeharto inilah ekonomi Indonesia berpindah haluan cenderung mengarah ke kanan. Pada masa ini lah IMF (international monetary fund) yang merupakan lembaga donor bagi Negara-negara berkembang masuk ke Indonesia. Sebagai lembaga bantuan donor, tentunya telah banyak yang dilakukan IMF terhadap Indonesia. Lepas itu sesuatu yang menguntungkan bagi Indonesia ataupun justru sesuatu yang merugikan Indonesia.
Kiprah dan geliat IMF di Indonesia yang merupakan sebagai pelaku ekonomi di Indonesia menjadi perhatian utama dari karya tulis ini.
Maka penulis mengangkat tema tentang pelaku-pelaku ekonomi di Indonesia,dan sebagai judulnya adalah
Kiprah, geliat, dan sepak terjang IMF dalam perkembangan ekonomi Indonesia
1.2 PEMBATASAN MASALAH
Dalam makalah ini, tim penulis hanya membatasi pengembangan masalahpada poin-poin sebagai berikut:
1. sejauh mana peran IMF dalam membangun perekonomian Indonesia.
2. bagaimana hubungan IMF dengan system ekonomi liberal

1.3 MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat dari penulisan ini:
1. Bagi penulis: Sebagai media dalam mengembangkan keilmuan-keilmuan dan reverensi-reverensi yang telah didapat. Serta yang paling utama adalah untuk memenuhi ketentua tugas mata kuliah perekonomian Indonesia sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian akhir semester (UAS).
2. Bagi pembaca: penulis berharap karyatulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama untuk menambah wawasan mengenai perkembangan perekonomian Indonesia atau munkin bisa juga sebagai reverensi untuk bahan penelitian lainnya atau penulisan makalah lainnya.



1.4 METODE PENULISAN
teknik pengumpulan data dan reverensi yang digunakan tim penulis adalah bedah pustaka/ kaji literatur, dengan tujuan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan judul makalah ini yang bersifat kualitatif.

1.5 SUMBER
Sumber yang diambil sebaga reverensi adalah:
1. Buku ilmiah yang bertemakan ekonomi, sosial dan politik.
2. Artikel-artikel dan tulisan para ahli.
3. Koran-koran atau majalah nasional.

1.6 DEFINISI OPERASIONAL
Untk mengetahui dan mennelusuri bagaimana kiprah dan geliat IMF di Indonesia ataupun di Negara-negara berkembang lainny, dibutuhkan referensi yang valid dan dapat di pertanggung jawabkan. Itu semua bias didapatkan melalui bahan-bahan kajian pustaka ataupun melalui media elektronik seperti internet ataupun media-media virtual lainnya.


BAB II
ANALISA MASALAH

2.1 Asal mula dan berdirinya IMF

Apa itu IMF? IMF bersama Bank Dunia (World Bank) dilahirkan melalui pasal-pasal perjanjian (Articles of Agreement) yang dirumuskan dalam koferensi internasional di bidang moneter dan keuangan di Bretton Woods, New Hampshire, USA, 1-22 Juli 1944. Perjanjian yang melahirkan apa yang kemudian dikenal dengan Bretton Woods Sistem ini intinya mewajibkan seluruh negara penanda tangan perjanjian tersebut (awalnya 44 negara) untuk mengkaitkan nilai tukar mata uangnya (pegged rate) terhadap emas dengan kelonggaran hanya plus minus 1 %.
IMF yang secara resmi berdiri tanggal 27 Desember 1945 setelah 29 negara menanda tangani Articles of Agreement, memiliki tugas utama untuk mengawasi agar negara-negara penanda tangan tersebut mematuhi apa yang telah disepakatinya, bahkan apabila ada penyimpangan diatas plus minus 1% maka perlu persetujuan khusus dari IMF. Sesuai kesepakatan ini pula Dollar Amerika di-peg-kan ke emas dengan rate US$ 35 per troy ounce emas.
Ironinya adalah Amerika Serikat yang menjadi promotor Bretton Woods dan juga IMF, ternyata juga menjadi negara pertama yang secara diam-diam melanggar kesepakatan bersama tersebut. Bahkan kecurangan ini mulai mendapatkan protes oleh sekutu Amerikat Sendiri yaitu Generale De Gaulle dari Perancis yang pada tahun 1968 menyebut kesewenang-wenangan Amerika sebagai mengambil hak istimewa yang berlebihan (exorbitant privilege).
Keingkaran Amerika Serikat mencapai puncaknya ketika secara sepihak Amerika Serikat memutuskan untuk tidak lagi (mengkaitkan) dollar-nya dengan cadangan emas yang mereka miliki – karena memang mereka tidak mampu lagi! Kejadian yang disebut Nixon Shock tanggal 15 Agustus 1971 ini tentu mengguncang dunia karena sejak saat itu sebenarnya Dollar Amerika tidak bisa lagi dipercayai nilainya sampai sekarang.
Yang menarik adalah, dari keingkaran Amerika Serikat ini seharusnya masyarakat dunia sudah menyadari bahwa IMF telah gagal menjalankan fungsinya untuk mengawasi para anggota agar mengkaitkan mata uangnya terhadap emas dan tidak lebih dari plus minus 1 %. Kegagalan IMF menjalankan fungsi utama ini-pun seharusnya otomatis membuat IMF bubar karena tidak ada lagi alasan untuk menjustifikasi keberadaannya.
Namun apa yang terjadi kemudian adalah hal yang justru dapat membongkar siapa sebenarnya IMF. Hanya sekitar empat bulan setelah tanggal yang seharusnya menjadi tanggal kematian IMF, yaitu 15 Agustus 1971, pada tanggal 18 Desember 1971, IMF justru dihidupkan kembali dalam bentuknya yang baru melalui perjanjian yang disebut sebagai Smithsonian Agreement dan ditanda tangani di Smithsonian Institute. Dari dua nama yang terakhir ini tentu tidak terlalu sulit bagi kita untuk memahami, minimal ‘keeratan hubungan’ antara IMF dan Yahudi.
Berdirinya IMF dan lembaga-lembaga ekonomi internasional lainnya seperti world bank, GAAT, dan IBRD (international bank for reconstruction and development) merupakan imbas dari lahirnya ideologi liberalisme, yang buah dari itu, sector ekonomi melahirkan pemikiran baru yaitu kapitalisme.
Sistem ekonomi kapitalis ini bermula sejak abad ke delapan belas di Eropa barat khususnya dan menjadi sangat dominant sampai abad ke sembilan belas. Dalam perkembangannya, pemikiran ini berjalan dan berkembang cukup pesat waktu itu.perkembangan itu distimulasi oleh dasar-dasar pemikiran tentang pasar dan kepuasan memenuhi kebutuhan ekonomi. Dalam system kapitalis, pemilikan (ownership) terletak ditangan individu, yang digunakan untuk tujuannya sendiri, yaitu untuk tujuan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Dalam aktivitas ekonomi berlaku hukum pasar, yakni mekanisme pembentukan harga yang ditentukan oleh bekerjanya factor permintaan dan penawaran. Peran pemerintah hanyalah sebatas untuk melakukan controlling dan mengikuti perkembangannya agar tidak terjadi kegagalan pasar .
Pada konteks inilah prinsip ekonomi pasar yang berlaku merupakan cirri dari ekonomi liberal, yang menggambarkan suatu system ekonomi dengan partisipasi lebih besar dari aktivitas produksi, distribusi, dan perdagangan yang digerakkan olae individu ataupun perusahaan. Intervensi dan peranan pemerintah dijaga agar berada dalam porsi sekecil mungkin.

2.2 Awal kiprah IMF di Indonesia dan Negara-negara asia lainnya.
Ketika Negara-negara Asia dipukul krisis ekonomi yang berkepanjangan, dengan sangat antusias IMF mulai mengucurkan sejumlah bantuan dan kemudian mulai ketahuan jika pemecahan ini justru menambah persoalan baru. Dengan memberikan pinjaman IMF hanya menginginkan terpeliharanya kestabilan mata uang domestik sekaligus terjalinnya aliran modal secara bebas, dimana IMF selalu mengultimatum bagi Negara-negara yang akan didonornya agara memperkecil peran pemerintah dalam mengatur pasar. Sehingga aliaran modal yang masuk dapat berjalan secara bebas. Kemudian yang paling penting penyelesaian seperti yang dikerjakan oleh IMF ini hanya untuk menjamin pembayaran utang kembali kepada kreditur, tentunya dengan bunga yang berlipat-lipat yang justru akan mencekik Negara-negara peminjam. Krisis sebenarnya adalah imbas dari system ekonomi dunia yang tidak adil, dipandang sebagai ketidak becusan pemerintah dalam mengelola pembangunan. Dan semua tahu kalau IMF adalah kepanjangan tangan dari Amerika, atau sebagai wakil amerika di Negara-negara berkembang.
Itu juga yang terjadi pada Bank dunia, di lembaga ini pengusaha-pengusaha Amerika menjadi pemegang saham yang unggul. Keunggulan ini karena keputusan yang diambil bank dunia didasarkan oleh Negara mana yang menjadi penyetor saham paling besar. Dana Amerika merupakan penguasa yang memiliki saham terbesar. Kekuasaan akan bank dunia ini ditambah oleh tradisi dalam bank dunia yang selalu menunjuk presidennya sesuai dengan keinginan pemerintah Amerika. Apalagi jika kita melihat dari lokasi bank dumia yang terletak di Amerika, tepatnya di ibukota Amerika serikat sendiri, Washington DC. Sebuah lokasi yang mana departemen keuangan Amerika dapat mudahnya untuk turut campur tangan berbagai kebijakan yang akan diambil. Dengan demikian, wajar apabila kemudian bank dunia dianggap sebagai tangan kanan dari kebijakan global Amerika.

2.3 Geliat dan kiprah IMF dalam perekonomian Indonesia
Bagaimana dengan Indonesia, sebagai salah satu anggota IMF? mengajak kita untuk melihat kembali peristiwa tanggal 15 Januari 1998, dimana Presiden Republik Indonesia (Soeharto) harus mengikuti kemauan IMF dengan menanda tangani 50 butir kesepakatan. Upaya Soeharto untuk membuat solusi alternatif dengan sistem CBS ditentang oleh IMF dan pemimpin Negara-negara besar. Di dalam negeri, para ekonom dan media massa juga berteriak menolak solusi CBS yang dibawa oleh Prof. Steve Henke.
Akhirnya, Soeharto tunduk kepada kemauan IMF dan menandatangani Letter of Intent. Di butir-butir tersebut-lah Indonesia kehilangan kedaulatan ekonominya sejak 15 Januari 1998. Berikut adalah sebagian kecil dari butir-butir kesepakatan dengan IMF yang menunjukkan bahwa kedaulatan ekonomi dan moneter itu lepas dari tangan kita :
1. Pemerintah diharuskan membuat Undang-Undang Bank Indonesia yang otonom, dan akhirnya pemerintah memang membuat undang-undang yang dimaksud. Maka lahirlah Undang-undang no 23 tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Pertanyaannya adalah, seandainya Indonesia masih berdaulat, mengapa untuk membuat Undang-Undang yang begitu penting harus dipaksakan oleh pihak asing?. Kalau Undang-Undangnya dipaksakan oleh pihak asing – yang diwakili oleh IMF waktu itu, terus untuk kepentingan siapa Undang-Undang ini dibuat? Dalam salah satu pasal Articles of Agreement of the IMF (Arcticle V section 1) memang diatur bahwa IMF hanya mau berhubungan dengan bank sentral dari negara anggota. Lahirnya Undang-Undang no 23 tersebut tentu sejalan dengan kemauan IMF. Lantas hal ini menyisakan pertanyaan besar – siapa yang mengendalikan uang di negeri ini? Dengan Undang-undang ini Bank Indonesia memang akhirnya mendapatkan otonominya yang penuh, tidak ada siapapun yang bisa mempengaruhinya (Pasal 4 ayat 2) termasuk Pemerintah Indonesia. Tetapi ironisnya justru Bank Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh IMF karena harus tunduk pada Articles of Agreement of the IMF seperti yang diatur antara lain dalam beberapa contoh pasal-pasal berikut :
Article V Section 1, menyatakan bahwa IMF hanya berhubungan dengan bank sentral (atau institusi sejenis, tetapi bukan pemerintah) dari negara anggota.
Article IV Section 2, menyatakan bahwa sebagai anggota IMF Indonesia harus mengikuti aturan IMF dalam hal nilai tukar uangnya, termasuk didalamnya larangan menggunakan emas sebagai patokan nilai tukar.
Article IV Section 3.a., menyatakan bahwa IMF memiliki hak untuk mengawasi kebijakan moneter yang ditempuh oleh anggota, termasuk mengawasi kepatuhan negara anggota terhadap aturan IMF.
Article VIII Section 5, menyatakan bahwa sebagai anggota harus selalu melaporkan ke IMF untuk hal-hal yang menyangkut cadangan emas, produksi emas, expor impor emas, neraca perdagangan internasional dan hal-hal detil lainnya.
Pengaruh IMF terhadap kebijakan-kebijakan Bank Indonesia tersebut tentu memiliki dampak yang sangat luas terhadap Perbankan Indonesia karena seluruh perbankan di Indonesia dikendalikan oleh Bank Indonesia. Dampak lebih jauh lagi karena perbankan juga menjadi tulang punggung perekonomian, maka perekonomian Indonesiapun tidak bisa lepas dari pengaruh kendali IMF. Butir-butir sesudah ini hanya menambah panjang daftar bukti yang menunjukkan lepasnya kedaulatan ekononomi itu dari pemimpin negeri ini.
2. Pemerintah harus membuat perubahan Undang-Undang yang mencabut batasan kepemilikan asing pada bank-bank yang sudah go public. Inipun sudah dilaksanakan, maka ramai-ramailah pihak asing menguasai perbankan di Indonesia satu demi satu sampai sekarang.
3. Pemerintah harus menambah saham yang dilepas ke publik dari Badan Usaha Milik Negara, minimal hal ini harus dilakukan untuk perusahaan yang bergerak di telekomunikasi domestik maupun internasional. Diawali kesepakatan dengan IMF inilah dalam waktu yang kurang dari lima tahun akhirnya kita benar-benar kehilangan perusahaan telekomunikasi kita yang sangat vital yaitu Indosat.
Hal-hal tersebut diatas, baru sebagian dari 50 butir kesepakatan pemerintah Indonesia dengan IMF. Namun dari contoh-contoh ini, dengan gamblang kita bisa membaca begitu kentalnya kepentingan korporasi asing besar, pemerintah asing dan institusi asing (yang oleh John Perkins disebut sebagai korporatokrasi yang mendiktekan kepentingan mereka ketika kita dalam posisi yang sangat lemah. yang diawali oleh kehancuran atau penghancuran nilai mata uang Rupiah kita.

2.4 UTANG DAN KEPENTINGAN ASING DIINDONESIA
Barangkali banyak yang tidak asing dengan ucapan Bung Karno ketika menolak tawaran bantuan asing, terutama dari AS, “Go to hell with your aid ”. Tentu saja bukan tanpa alasan Presiden RI pertama ini menolak bantuan asing tersebut. Dia sudah dapat mencium gelagat yang tidak baik dibalik agenda bantuan itu. “Neoimperialisme”, demikian Bung Karno menyebut misi dibalik agenda itu. Sementara koleganya, Bung Hatta, menawarkan konsep “ekonomi kerakyatan” untuk mengawal pembangunan perekonomian bangsa Indonesia. Kemudian konsep ekonomi kerakyatan itu disuarakan kembali oleh Prof. Mubyarto dan Prof. Sri Edi Swasono.

Namun para perumus kebijakan ekonomi Indonesia di masa orde baru seolah melupakan pesan-pesan penting para pendiri republik ini, dan sebaliknya mereka lebih memilih konsep yang ditawarkan oleh pihak asing, khususnya Amerika Serikat (AS). Pemimpin kita terlena dan telah mengambil jalan pintas dengan jalan mengambil pinjaman luar negeri yang terus menerus untuk membiayai pembangunan. Padahal negara kita sangat kaya akan sumberdaya alam, baik pangan, mineral dan migas, yang tersebar di daratan maupun di lautan. Karena kemalasan pula, kita telah menyerahkan sepenuhnya pengelolaan sumberdaya mineral dan migas yang kita miliki kepada pihak asing, dengan keuntungan yang jauh berkurang untuk pihak Indonesia. Maka tidaklah berlebihan jika ada kekhawatiran Bung Karno beberapa puluh tahun yang lalu, “Biarkan kekayaan alam kita, hingga insinyur-insinyur Indonesia mampu mengolahnya sendiri”.
Kini setelah beberapa dasa warsa berlalu, kekhwatiran Bung Karno seolah terbukti. Kita manjadi bangsa pengutang. Seolah negara kita seperti menjadi kecanduan utang. Setiap tahun harus diberi infus dari pinjaman luar negeri. Jeratan utang luar negeri nampak semakin menyengsarakan, terutama setelah krisis ekonomi melanda Indonesia di tahun 1997. Dan akumulasinya, kini utang luar negeri kita mencapai US$ 80 miliar, dengan angsuran pokok dan bunga utang dalam dan luar negeri mencapai spertiga APBN.

Blunder kedua pemerintah kita adalah ketika meminta pinjaman dari IMF sebesar US$ 12,779 milyar di tahun 1998. Anehnya pinjaman dari IMF itu tidak boleh dipakai untuk belanja modal. Meskipun tidak dipakai, tetapi pemerintah Indonesia harus membayar bunganya. Sebagai contoh pada tahun 2002, Indonesia membayar bunga utang kepada IMF sebesar US$ 1,755 milyar atau setara dengan Rp 15,795 triliun dengan asumsi kurs Rp 9.000. Lalu apa bedanya IMF dengan rentenir. Dana angsuran bunga utang sebesar itu tentu akan sangat bermanfaat bila kita gunakan untuk meningkatkan anggaran pendidikan nasional kita atau untuk membuka lapangan kerja baru. Yang lebih mengenaskan, untuk membayar bunga utang IMF itu Indonesia diharuskan menjual beberapa BUMN. Karena sebagian besar dana telah tersedot untuk membayar bunga dan cicilan pokok utang, maka untuk memperoleh tambahan dana pada APBN 2002, pemerintah mesti rela menjual Indosat.

Meskipun pemerintahan SBY mengakui bahwa resep ekonomi IMF (Dana Moneter Internasional) salah, tetapi anehnya tetap saja mengikuti program anjuran IMF. Negeri berdaulat yang berpenduduk lebih dari 200 juta orang, tapi dalam menjalankan kebijakan ekonominya harus tunduk pada kemauan sebuah lembaga keuangan internasional yang bernama IMF. Sementara ekonomi di dalam negeri sendiri dan kepentingan rakyatnya masih terabaikan, pemerintah justeru terus saja mengadopsi kebijakan IMF. Tujuan kebijakan ekonomi IMF tidak lain adalah untuk mentransformasikan ekonomi Indonesia sehingga menjadi wilayah yang nyaman untuk kepentingan investor internasional. Demikian pendapat Revrisond Baswir. Karena itu, sesuai anjuran IMF, pemerintah kita tak segan-segan mengambil kebijakan ekonomi yang tidak populer (seperti menaikkan harga BBM, listrik dan telepon). Ini artinya Indonesia direkayasa sedemikian rupa sehingga menguntungkan dieksploitasi oleh pemodal asing. Di sisi lain, pendekatan ala IMF ini telah menghasilkan biaya sosial ekonomi, bahkan politik, yang makin menyengsarakan rakyat Indonesia.

Dalam banyak kasus di negara-negara berkembang, sebagaimana dikemukakan oleh Revrisond Baswir, utang luar negeri telah menimbulkan banyak persoalan. Secara internal, utang luar negeri tidak hanya dipandang sebagai penghambat tumbuhnya kemandirian ekonomi negara-negara Dunia Ketiga, tetapi juga diyakini menjadi pemicu terjadinya kontraksi belanja sosial, merosotnya kesejahteraan rakyat, dan melebarnya kesenjangan ekonomi. Sedangkan secara eksternal, utang luar negeri dianggap sebagai pemicu meningkatnya ketergantungan negara-negara Dunia Ketiga pada pasar luar negeri, arus masuk modal asing, dan terjadinya ketergantungan pada utang luar negeri secara kesinambungan.
Utang luar negeri juga menimbulkan implikasi sosial dan politik di negara-negara penghutang. Sebab, utang luar negeri bisa menjadi sarana yang sengaja dikembangkan oleh negara-negara pemberi pinjaman untuk mengintervensi negara-negara penerima pinjaman. Bahkan, secara tidak langsung, utang luar negeri juga dituduh ikut bertanggung jawab terhadap munculnya rezim diktator, kerusakan lingkungan, meningkatnya tekanan migrasi dan perdagangan obat-obatan, serta terhadap muculnya konflik dan peperangan.

Selain itu, lembaga-lembaga keuangan multilateral yang berperan sebagai penyalur utang luar negeri, seperti Bank Dunia dan IMF, bukan hanya dinilai telah bersikap tidak transparan dan akuntabel, namun juga mereka diyakini telah bekerja sebagai kepanjangan tangan negara-negara Dunia Pertama yang menjadi pemegang saham di kedua lembaga tersebut. Bahkan, utang luar negeri juga diyakini sebagai sarana untuk menyebarkan kapitalisme neo-liberal ke seluruh penjuru dunia. Dan dengan demikian, utang luar negeri telah dengan sengaja dipakai oleh negara-negara pemberi pinjaman sebagai sarana untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari seluruh penjuru dunia.

Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana mungkin cadangan minyak yang luar biasa besar di blok Cepu dengan enteng diserahkan ke ExxonMobil. Padahal putera-putera Indonesia melalui perusahaan nasional kita sendiri, PERTAMINA, menyatakan sanggup untuk mengelolanya, yang pada gilirannya akan memberikan keuntungan besar buat bangsa kita sendiri. Demikian juga soal peninjauan ulang kontrak Freeport, yang menguasai pertambangan emas terbesar di dunia, pun tidak dilakukan pemerintah. Ini menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap AS dari segi ekonomi hampir mutlak, demikian penilaian Revrisond Baswir. Dan setiap persoalan yang menyangkut kepentingan perusahaan multinasional milik AS, pemerintah Indonesia senantiasa bersikap melunak.

Namun ditengah badai krisis ekonomi yang menimpah bangsa ini karena lilitanutang yang begitu banyak, pemerintah SBY melakukan sedikit dobrakan dengan melunasi sisa hutang Indonesia terhadap IMF . Akhirnya, sisa utang sebesar 3,2 miliar dollar AS kepada Dana Moneter Internasional (IMF) lunas sudah. Sebelumnya, kita sudah terlebih dahulu melunasi 3,75 miliar dollar AS kepada donatur internasional itu. Reaksi kita, pastilah senang dan lega. Akhirnya satu demi satu beban dientaskan dari pundak kita.
Apa makna dari lunasnya utang kita kepada IMF yang diteken ketika kita mengalami krisis moneter di tahun 1997-1998? Yang pasti kita akan sangat diuntungkan. Melunasi utang adalah pertanda bahwa ekonomi kita sudah mulai membaik. Memang tanda-tanda ke arah sana sudah jelas. Ekonomi yang pernah terpuruk kini sudah bisa mencatat pertumbuhan di atas 5 persen. Bahkan dengan beban ekonomi yang semakin berat karena nilai tukar dan harga minyak yang berfluktuasi, kita ternyata tidak terguncang.Artinya adalah model ekonomi yang selama ini sangat ketat sudah baik. BI dengan logika kebijakan moneternya telah mampu menjalin sinergis dengan pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan sehingga indikator makro dan mikro membuat ekonomi bisa bergerak. Buktinya, cadangan devisa kita sungguh sangat kuat.
BI kini sudah secara perlahan menurunkan BI rate. Dengan hanya sekitar 10,75 persen maka sektor properti dan pertanian mungkin akan bisa pulih. Sebab kedua sektor itu adalah penyumbang tenaga kerja terbesar. Kalau kedua sektor itu pulih maka pengangguran akan dapat ditekan.
Bebas dari IMF memang akan lebih mengokohkan kita. Selain bahwa ekonomi sudah cukup kuat, pertanda bahwa kita pun akan semakin percaya diri. Kita tak lagi ibaratnya makan, minum dan bekerja di atas utang. Utang yang bertumpuk menyebabkan kita gamang dan mudah kehilangan kepercayaan diri.
Bebas dari utang bukan hanya baik bagi kita. Utang juga adalah sinyal bagi investor untuk masuk ke dalam negeri. Memang kita tahu bahwa telah terjadi eksodus besar-besaran dari para pemodal dari dalam negeri. Tetapi dengan meyakinkan mereka bahwa ketika kita sudah melunasi utang maka segalanya akan berjalan dengan lebih baik, niscaya mereka akan kembali (comeback) dan akan menanamkan modalnya di negeri kita.
Yang paling penting mungkin adalah bahwa utang menyebabkan kita tak lagi di bawah aturan IMF. Kita tahu bahwa sebagaimana pernah diakui oleh IMF sendiri, resep yang mereka berikan kepada kita ternyata justru memperparah kondisi negeri kita. Padahal dengan utang yang diberikan oleh mereka, berbagai aturan harus dilaksanakan.
Sementara semua aturan tersebut nyatanya justru menjadi penyebab lambannya pemulihan negeri kita dari krisis.
Sudah saatnya memang mengambil jarak dari kreditor bernama IMF. IMF yang didirikan sejak PD II itu adalah donatur yang seharusnya menolong, tetapi ternyata sebaliknyalah yang terjadi. Banyak negara yang diasistensi oleh IMF ternyata harus menderita. Mereka harus membayar cicilan utang beserta bunga yang menguntungkan negara maju sebagai pemodal utama. Rusia, yang pernah sangat berutang, juga menjadi lebih baik ketika keluar dari skema IMF. Meski harus membayar denda, kemajuan Rusia kini harus menjadi pelajaran kepada kita semua.
Pasca pemutusan hubungan dengan IMF, negara kita harus bekerja ekstra keras. Saatnyalah kita membangun ekonomi kita dengan lebih baik dan lebih sungguh-sungguh lagi. IMF adalah masa lalu. Masa depan adalah milik kita karena kitalah yang kini mengatur diri kita sendiri.
Para pemimpin bangsa, harus benar-benar memikirkan setiap kebijakan ekonomi. Jangan sampai kita kembali menderita karena kebijakan yang salah kaprah, ekonomi yang salah urus atau pekerjaan yang dilalaikan. Sekali lagi, kita bebas karena utang pada IMF sudah lunas.










BAB III
KESIMPULAN
Sebagai Negara berkembang, Indonesia tentunya memiliki kebutuhan yang ssangat besar untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Untuk memenuhi kepentingan nasioanalnya, tetunya Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan pemasuakan yang berasal dari wilayah domestik dan expor impor saja, namun terkadang untuk memenuhi itu semua Indonesia membutuhkan juga pemasukan yang bentuknya berupa pinjaman ataupun hibah dari Negara lain ataupun organisasi internasional seperti IMF dan bank dunia.
Imf yang merupakan lembaga donor internasioanal yang didirikan dengan tujuan memberikan pinjaman keada Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia cukup mempunyai peran yang cukup besar dalam perkembangan ekonopmi Indonesia. Ini di artikan IMF merupakan termasuk kedalam pelaku-pelaku ekonomi dalam perekonomian Indonesia.
Tidak sedikit kebijakan ekonomi yang di ambil oleh pemerintah khususnya banyak terjadi pada masa orde baru dipengaruhi oleh IMF. Mulai dari usulan untuk privatisasi BUMN, terciptanya arus modal yang bebas, sampai pengurangan subsidi terhadap rakyat.
Dari kebijakan-kebijakan yang dibuat tersebut, banyak pro maupun kontra yang tercipta. Kebijakan yang pro yaitu kebijakan yang membuat ekonomi Indonesia mengalami kemajuan, seperti masuknya para investor kedalam negri untuk menanamkan sahamnya. Kebijakan yang kontra merupakan kebijakan yang banyak merugikan rakyat kecil, seperti pengurang subsidi BBM, yang memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap masyarakat dan unit-unit usaha kecil dan menengah (UKM). Kebijakn seperti ini merupakan proyek yang harus dijalankan oleh negara-negra yang menjadi pasien dari IMF. Karena pada dasarnya, dengan memberikan pinjaman IMF hanya menginginkan terpeliharanya kestabilan mata uang domestic sekaligus terjaminnya aliran modal secara bebas. Kemudian yang paling penting, penyelesaian yang dikerjakan oleh IMF ini hanya untuk menjamin pembayaran utang terhadap kreditur. Krisis sebenarnya merupakan imbas system ekonomi dunia yang tidak adil, dipandang sebagai ketidak-becusan pemerintah dalammengelola pembangunan. Dan semua tahu IMF IMF merupakan kepanjangan tangan dari kepentingan penguasa Amerika.









DAFTAR PUSAKA

1. Rahman.Fadzrul, Demokrasi tanpa kaum democrat, penerbit koekoesan, Jakarta.2005

2. Prasetyo. Eko, Inilah Presiden-presiden radikal, Resist book,

3. Soelhi. Mohammad, demi harga diri mereka melawan Amerika, Pustaka Azam, Bandung, 2001

4. Rachbini. Didik, EkonomiPolitik: Paradigma dan teori pilihan Publik , Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002

5. Jurnal politik, Memahami keterkaitan ekonomi dan politik, Gramedia.



Majalah:
Sabili edisi 22 TH XII 1November 2007/29
Sabili, edisi 32 TH.XIV 17M Mei 2007/29

“Kenapa kamu tidak berpikir?” (Al-An“amm: 50)

Salah satu pilar yang paling penting dalam ajaran Islam yaitu menghargai akal manusia dengan selalu menyerukan manusia untuk selalu berfikir dan dan menggunakan akalnya dalam melakukan perbuatan apapun. Dalam Islam posisi akal sangatlah di hormati dan di junjung tinggi, dalam Quran, Allah banyak membuat ayat-ayat yang menyuruh manusia untuk memperhatikan dan berfikir bagaimana langit dan bumi di ciptakan, bagaimana Allah menurunkan air hujan dari langit, bagaimana Allah menjadikan manusia itu bersuku- suku dan berbangsa-bangsa. Ini merupakan seruan yang diberikan kepada Allah agar manusia mempergunakan akalnya. Di Akhir-akhir ayat yang menerangkan tentang ciptaanNya, Allah juga mengingatkna kepada manusia untuk selulu berfikir dan mendorong manusia menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya:

“Kenapa mereka tidak berfikir?”

“Kenapa mereka tidak mengetahui?”

“Kenapa mereka tidak mempergunakan akalnya?”

Selain itu di ayat lain Allah juga berfirman dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan:

“Apakah kamu perhatikan sesuatu yang kamu tanam?”

“kamikah yang menumbuhkannya atau kamu yang menumbuhkannya?”

“adakah kamu perhatikan air yang kamu minum?”

“Kamukah yang menurunkannya dari awan atau kamikah yang menurunkannya?”

“Apakah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan dengan kayu?”

“kamukah yang menjadikan kayunya atau kamikah yang menjadikannya?”.

(Q.S Al-Waqi’ah: 63-64;68-69; 71-72).

Seperti inilah cara Islam menghargai dan menyerukan kepada manusia untuk selalu menggunakan akalnya dalam perbuatannya. Karena akal lah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Karena akal lah Allah menjadikan manusia Khalifah di muka bumi. Dan karena akal pula Allah menyerukan malaikat, jin, dan iblis untuk bersujud kepada Adam.

Mohammad Natsir dalam tulisannya pernah mengatakan, salah satu jasa Islam atas manusia dan kemanusiaan ialah “mobilisasi akal”, membuka dan menggerakkan akal manusia yang selama ini tidak mendapat tempat semestinya dalam kehidupan mana saja

Umat Islam wajib menggunakan akalnya untuk memahami ayat-ayat Allah baik yang tersirat ataupun yang tersurat, hal ini dimaksudkan agar Umat islam mengerti dan memahami esensi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Karena sesunggahnya Al-quran itu memang diturunkan untuk orang-orang yang mau berfikir. Dan oleh karenanya islam sangat melarang Orang yang mengerjakan sesuatu yang di anggap kebenaran tetapi tidak tahu dan tidak mengerti landasan dan nilai-nilai dalam kepercayaan itu sehingga kepercayaan itu di anggap suatu kebenaran.

Intinya, Allah melarang Umatnya untuk bertaklid Buta kepada suatu paham atau pemikiran tanpa tahu bagaimana landasan pemikiran tersebut.

Hal ini lah mungkin yang menyebabkan berkembangnya dengan pesat aliran-aliran sesat seperti Al-qiyadah (dengan Mossadeg nya), Salamullah (dengan Lia Aminudin nya) dan Ahmadiyah (dengan Mirza Ghulam Ahmad nya). Orang- orang yang mengikuti aliran-aliran seperti ini tidak mempergunakan akalnya dalam memahami ajaran-ajaran Islam. Mereka menerima saja pemahaman- pemahaman yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran Islam, tanpa mencari tahu dan memahami landasan- landasannya.

Dalam kehidupan sehari-hari pun terkadang kita juga seperti itu. kita melakukan sesuatu yang kita anggap suatu bentuk ibadah, tetapi kita tidak paham dan mengerti maksud dan tujuan dari ibadah yang kita lakukan. Mungkin sampai saat ini masih ada di antara kita yang belum mengerti untuk apa kita melakukan shalat lima waktu, puasa, naik haji, dan ibadah- ibadah lainnya. Atau mungkin kita juga belum tahu dimana posisi ayat Quran yang memerintahkan kita untuk sholat dan berpuasa.

Mengenai hal ini Allah berfirman:

“Dan jangan lah engkau turut-turut saja apa yang angkau tidak punyai pengetahuan atasnya, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu, semuanya akan di tanya tentang itu”. Q.s. Bani Israil: 36)

Kedudukan akal dalam Islam begitu tinggi. Ayat-ayat di atas yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan tadi merupakan pesan Allah kepada manusia untuk memaksimalkan akal yang di berikan Tuhan kepada manusia. Buah dari memaksimalkan penggunaan akal adalah ilmu pengetahuan. Dan Islam juga sangat menganjurkan untuk umatnya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Kalau kita menelisik sejarah, sekitar abad ke- 9 sampai abad ke 18, pada masa itu merupakan masa-masa kejayaan umat islam. Dimana pada berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu astronomi, sosiologi, filsafat, matematika,ekonomi, musik, sastra, arsitektur berkembang cukup pesat. Majelis-majelis ilmu begitu ramai di kunjungi, usaha-usaha untuk menerjemahkan karya-karya Imiah dari yunani seperti karya aristoteles, plato dan ilmuan-ilmuan Helenisme dilakukan, Kebebasan berpikir begitu di junjung tinggi. Sehingga orang-orang pada saat itu begitu antusias terhadap ilmu pengetahuan. Pada saat itu Islam bukan hanya sekedar ideologi, tetapi telah menjadi great civilitation yang menjadi pusat peradaban dunia.

Kita sering mendengar nama- nama besar seperti Albert Enstein, Isac Newton, Sigmeud Freud, Auguste Comte, Immanuel Kant,dan Vasco da Gama. Kita kenal terhadap mereka sebagai orang-orang yang menemukan teori- teori ilmiah. Namun kita harus ingat orang-orang yang menjadi inspirasi dan munculnya ide-ide awal kenapa mereka bisa menemukan teori- teori besar tersebut.

Sebelum Enstein menemukan rumus E= mc2, terlebih dahulu Al- Khawarizmi menemukan bilangan Biner. Jauh sebelum Comte membuat The scientific labors necessary for the reorganitation of society nya, Ibn Khaldun telah menjelaskan masalah-masalah mengenai stuktur dan stratfikasi social dalam “Al- Muqqadimah” nya. Al- Asy”ari yang dalam teori falsafahnya tentang ‘ainus- sya’I tidak kalah hebat bila di bandingkan dengan teori “Das Ding an Sich” dari Immanuel Kant. Kebebasan berpikir dan kemerdekaan akal telah melahirkan nama- nama besar seperti mereka.

M. Natsir dalam salah satu essay pernah menganalogikan mengenai eksistensi akal pada diri manusia, Ia mengataka:

Akal merdeka ibarat api yang berbentuk lampu yang gemerlapan memimpin kita dari gelap gulita kepada terang benderang, tapi sering kali ia menyala berkobar-kobar, menyiar bakar rumah dan gedung, melicin tandaskan apa yang ada..!!

Akal merdeka atau kebebasan berpikir yang Natsir maksud di ibaratkan api yang berbentuk lampu, ia dapat menjadi penerang, petunjuk, yang dapat mengantarkan Manusia kepada jalan kebenaran. Tapi di satu sisi, ia juga bisa seperti api yang menyala berkobar-kobar yang dapat melemahkan dan menyesatkan manusia.

Di satu sisi, kebebasan berpikir yang di berikan oleh manusia juga dapat menjerumuskan manusia kepada jurang kesesatan. Manusia mulai memikirkan apa yang tidak bisa di jangkau oleh akal dan berpikir menyimpang. Dengan alasan kebebasan berpikir, orang bisa saja menafsirkan Quran sesuai dengan rasio dan hawa nafsunya semata, mereka membelokkan dan memelintir ayat sesuai dengan kepentingannya. Lantaran kebebasan berpikir inilah Seorang Salman Rusydy membuat Satanic Verses nya yang mengatakan Quran itu tak lebih hanyalah karangan Muhammad yang bersumber dari setan (naudzubilliahi min dzalik). Di karenakan kebebasan berpikir inilah pada akhirnya Al- Hallaj berkata: “Ana al Haq”, aku Tuhan, yang pada akhirnya mengantarkannya di tiang gantungan. Di karenakan kebebasan berpikirlah juga lah pemikiran, dan aliran-aliran sesat saat ini bertaburan.

Kebebasan berpikir telah mengantrakan dan mengiringi jalannya peradaban Islam yang begitu besar di masa lalu. Namun kebebasan berpikir jualah yang menjadi penyebab mundurnya Umat Islam saat ini. Akal yang di berikan oleh Tuhan untuk berpikir saat ini telah menguasai manusia. Allah bukan lagi sesuatu yang absolute, di karenakan manusia saat ini telah menuhankan akal. Manusia telah terjebak kepada suatu taklid yang bernama Rasioanalisme. Harun Nasution dalam bukunya yang berjudul “pembaharuan dalam Islam” mengutip apa yang dikatakan oleh Jamaludin Al- afghani bahwa kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana di anggap, tidak sesuai dengan zaman dan kondisi saat ini[4]. Umat islam mundur karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran dari luar dan asing bagi Islam. Ajaran Islam yang sebenarnya hanya tinggal ucapan dan dalam teks-teks suci saja.

Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia, dan karenanya apa-apa yang menjadi pokok dari ajaran islam tidak lah mungkin bertentangan dengan akal manusia. Dalam Islam, kemerdekaan akal dan kebebasan berfikir sangat lah di junjung tinggi dan di muliakan. Mempergunakan akal adalah salah satu dari dasar-dasar Islam, oleh karena itu tidak sempurna iman seseorang apabila tidak didasari dengan akal. Dan ini terbukti islam telah menjadi pusat peradaban dunia pada masanya. Namun di satu sisi, kebebasan ini juga dapat menjerumuskan manusia kepada jurang kesesatan, yaitu Kemerdekaan akal yang sudah tidak lagi di iringi oleh ghirah keimanan, namun oleh hawa nafsu yang menjadikan akal itu superior dan di atas segala-galanya. Untuk membentengi hal ini, hendaknya umat Islam haruslah membentengi dirinya dengan ajaran- ajaran Islam. Kemerdekaan akal yang merupakan fitrah manusia, haruslah di iringi dengan dasar- dasar keimanan yang kuat. Jangan biarkan akal yang kita miliki berjalan sendiri tanpa ada yang mengarahkan dan membentengi.

Akal yang kita miliki di ibaratkan sebagai kapal, dan iman di ibaratkan sebagai nakhoda. Tugas Nakhoda adalah mengarahkan kapal agar sampai tujuan, walaupun ombak di laut begitu ganas. Dan untuk sampai ke tujuan, nakhoda harus jeli dalam mengarahkan kapal. Jangan biarkan kapal menabrak karang dan batu-batu cadas yang ada di laut.

Rujukan Utama

M. Natsir. Capita Selecta I. Yayasan Bulan bintang dan Media Dakwah. Jakarta. 2008.

Azhari Akmal Tarigan. Jalan ketiga pemikiran Islam HmI. Cipta Pustaka. Bandung. 2008.

Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam; sejarah pemikiran dan gerakan. Bulan bintang. Jakarta. 1996.



[1] Karya ilmiah ini di tulis dalam rangka memenuhi prasyarat untuk mengikuti program mahasiswa berprestasi Dies natalis Universitas Nasional yang ke- 5

[2] M. Natsir. Capita Selecta. Yayasan bulan bintang dan Media Dakwah. Jakarta. 2008.

[3] Azhari Akmal Tarigan. Jalan ketiga pemikiran Islam HmI. Cipta Pustaka. Bandung. 2008

[4] Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam; sejarah pemikiran dan gerakan. Bulan bintang. Jakarta. 1996