Pemikiran wahid yang banyak mengusung ide pluralisme dan politik islam yang inklusif banyak mendapat sambutan khususnya dari kalangan humanis dan para pemikir-pemikir barat yang notabene di banyak melakukan konsolidasipemikiran pluralism, toleransi dan inkulsivitas dalam beragama. Apabila itu semua ditegakkan, kuhususnya di Indonesia yang masyarakatnya majemuk, akan menghindari konflik berkepanjangan antara agama, suku, dan ras yang berlainnan, selain itu pluralism dan inlusivisme dalam berpolitik dan beragama juga membantu lancarnya proses demokratisasi dalam bernegara. Karena dalam berpikir plural, tidak ada pihak manapun yang menganggap dirinya lebih tinggi, kebenaran Suatu agama adalah relative. Oleh karena itu, apa bila ada agama yang menyatakan dirinya lebih tinggi dari agama lain, maka itu harus disalahkan.
Di disisi lain banyak para pemikir yang menolak apa saja yang di gagas oleh wahid dan jua kawan-kawannya. Apabila pluralisme dalam beragama diterapkan maka banyak konsekuensi-konsekuensi yang di dapat kan yang justru menimbulkan efek yang kurang baik bgi kehidupan bermasyarakat. Dr. Anis Malik Toha memaparkan tiga konsekuensi yang akan dihadapi. Pertama, teori pluralisme agama secara meyakinkan telah terbukti tidak ramah, intoleran, terhadap agama-agama, bahkan dalam berbagai kasus cenderung melenyapkan agama-agama. Suatu hal yang secara diametral bertentangan dengan para penganjur dan pendukungnya. Kedua, kebalikan dari klaim ke netralanya, teori ini telah menjelma menjadi sebuah falsafah hidup, dan bahkan menjadi sebuah agama yang memiliki kharakteristik agama pada umumnya, seperti totlitas, absolutism, komprehemsif, dan ekslusivisme. Ketiga, bahwa teori pluralisme senantiasa mengandaikan adanya, apa yang disebut Martin E. marty sebagai “a host culture” (culture tuan rumah) yang menjamu Guest culture (kultur-kultur tamu) . Akan tetapi karena sistem pluralisme agama ini secara teorik dan praktis tak mampu menjamu kultur tetamu dengan baik, dan mungkn memnag tak bisa di harapkan mampu memerankan peran yang mulia dan terhormat ini, maka penunjukkan atau penobatan dirinya sendirisebagai pemegang peran tersebut suadah dapat dipastikan telah mendatangkan petaka dan bencana yang begitu dasyat bagi agama-agama lain, serta mendatangkan akibat yang luar biasa, yakni sekularisme, atau atheis atau agnotisme atau skeptisisme atau semuanya secara keseluruhan, yang mana kesemuanya itu pada akhirnya bermuara pada satu tujuan, terminasi agama-agama secara umum.
Sebenarnya penulis cenderung berpikir dan setuju terhadap pemikiran Dr. Anis Malikk Toha, karena pada akhirnya pluralisme dan inklusivisme dalam beragama justru cenderung kepada pengabaian terhadap ajaran-ajaran agama yang telah ada dan mungkan pada titik klimaksnya dapat menjadi sutu agam baru didunia yang diantaranya di sebutkan tadi, sekularisme, agnotisme dan lain sebagainya.
Jadi sebenarnya pluralisme yang di gagas oleh wahid belum tentu dapat menyelesaikan permasalahan bangsa, malah justru penulis berpandangan dapat menimbulakan masalah yang baru. Apalagi pemikiran-pemikiran wahid selaras dan berkesinambungan dengan bangsa-bangsa barat khususnya amerika dan zionis yahudi. Tentunya wahid banyak mendapatkan dukungan dalam bentuk apapun dari amerika dan kaum yahudi saat ini. Hal ini di buktikan dengan begitu tenar dan populernya nama wahid di dunia internasioanal. Jabatan penghargaan pun juga di dapat wahid, diantaranya wahid telah mendapatkan empat belas gelar doctor Honnoris Causa dari empat belas universitas luar negri yang berbeda-beda. Ini dikarenakan pemikiran dan suaranya yang begitu lantang dalam mnyuarakan pluralisme dan toleransi dalam beragama .
Satu lagi yang menjad, i layak jadi perhatian adalah pembelaan- pembelaan yang dilakukan oleh wahid terhadap kalangan yang ia anggap tertindas atau termarginalkan. Kita masih ingat bagaimana sewaktu wahid membela habis pedangdut Inul Daratista, dan demonstrasi yang di gawangi oleh Gusdur untuk menolak RUU pornografi dan pornoaksi. Untuk kasus yang kedua, gus dur sampai- sampai mengatakan Alquran sebagai kitab suci paling porno di dunia dan menuntut untuk membubarkan MUI. Untuk hal ini langkah-langkah dan pemikiran gusdur penulis anggap tidak begitu rasional. Apakah untuk memenuhi kepentingan minoritas harus sampai mengorbankan kepentingan mayoritas?. Penulis beranggapan pembelaan gusdur terlalu kebablasan dan berlebihan, dan pada akhirnya justru melenceng dengan akidah islam yang ia anut. Masih banyak pemikiran- dan pandangan wahid yang menurut penulis keliru dan menyimpang, khususnya kepada nilai-nilai islam yang di anut oleh wahisd dan tentunya oleh penulis.
Namaun penulis beranggapan bahwa itu adaah sesuatu yang wajar apabila dalam kancah pemikiran apabila ada perbedaan pandangan dan gagasan. Walau bagaimana pun Wahid juga telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mewarnai proses demokrasi di Indonesia apalagi ditambah ia pernah menjabat sebagai presiden ke empat republik Indonesia.

0 komentar: